Segunung kekonyolan di Negeri ini

Rabu, 05 Desember 2007

Harga minyak naik, siapa yang untung? (2)

Menyusul naiknya harga minyak dunia yang hampir menembus USD 100 / barrel, Kembali Pertamina per 1 Desember menaikkan harga minyak untuk konsumen industri, yaitu solar non subsidi sebesar 15 - 21 %. Gila! ya memang gila. Gak kebayang betapa terpukulnya para pelaku usaha di tanah air. Contoh kasus regional saja, Kalsel dengan begitu banyaknya perusahaan tambang batubara. Tidak hanya harga solar melonjak, ketersediaannya pun terbatas. Per tanggal 1 desember ini aja harga solar industri non subsidi udah mencapai harga 42 juta rupiah / 5000 liter, yes my friend, empat puluh dua juta rupiah. Weleh weleh. Bisa nggak kebayang mumetnya, mikirin sewa alat, ongkos angkutan, jasa pelabuhan, taktis sana sini, ditambah harga solar yang melambung tinggi. Pfiuh...

Dalam situasi seperti ini, Jelas para juragan minyak yang besar, yang punya quota banyak di Pertamina, juga juragan juragan yang punya SPBU dan yang punya Pool Konsumen Industri Sendiri. Lho, Enaknya dimana pak? Ya enaklah. Anggap anda adalah satu diantara para juragan diatas. Anda punya SPBU dan anda juga punya Pool Konsumen Industri sendiri. Hari senin anda kirim solar 5000 liter resmi dari Pertamina seharga 42 juta, solarnya anda atur - atur dengan minyak tanah. DO atau dokumen solar yang asli yang umurnya 3 hari anda bawa pulang. Sampai di pangkalan, armada tanki anda isi dengan solar dari SPBU milik anda. Total 5000 liter x Rp. 4300,00 = Rp. 21.500.000,00. Anda jual lagi ketambang memakai DO yang anda bawa pulang tadi seharga Rp. 36 juta rupiah. 15 juta sudah ditangan, dalam satu hari. Tinggal kalikan aja dalam sebulan. Pfiuh..... Uenakk tenan....

Rabu, 31 Oktober 2007

Harga minyak naik siapa yang untung?

Harga minyak di koran diberitakan sudah mencapai level USD 93 / barrell. Semua pelaku bisnis mulai ketir - ketir. Harga minyak merupakan komponen utama dalam produksi, jadi apabila harga minyak naik otomatis biaya produksi juga ikut - ikutan naik. Harga jual pun akan naik, sedangkan daya beli masyarakat masih belum bisa menyamai negeri tetangga, malaysia apalagi singapura.

1 barrell itu berapa seh mas? mbak? pak? Begini, menurut informasi dari om google, 1 barrel = 117.347766 litre. Atau 1 barrel kira2 sama dengan 117,5 liter. Nah, kalo 1 barrel adalah 92 US dollar berarti 1 liter minyak sekarang = 93 USD x Rp. 9200 / 117,5 ketemunya Rp. 7.281,70213 atau dibulatkan jadi Rp. 7.282,00. Nah itu kan baru minyak mentah, belum jadi kayak solar bensin dan lainnya. Bisakah anda membayangkan berapa subsidi yang harus ditanggung pemerintah?

Lalu siapa yang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak ini? Salah satu yang diuntungkan adalah juragan - juragan minyak di daerah - daerah yang dekat dengan industri seperti pabrik atau pertambangan. Logikanya begini, kalo harga minyak dunia naik otomatis harga bbm solar industri pun akan terkatrol. Dunia usaha seperti pabrik atau tambang jelas tidak selalu memakai bbm industri resmi dari pertamina. Kok tau? ya tau dong. Sekarang gini, bayangkan anda sebagai pelaku usaha, kemudian dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama adalah bbm industri resmi dengan harga hampir 37 juta / 5000 liter. Pilihan kedua adalah bbm industri setengah resmi atau bbm abu - abu atau apalah namanya dengan harga cuman 29 juta / 5000 liter. Hayo.. pilih mana...

Lha terus para juragan minyak itu untungnya dimana?. Untungnya dari bbm SPBU. Tinggal cocor itu selang solar sampai 5000 liter terus langsung dikirim ketambang. Bayangkan, harga solar subsidi sekarang Rp. 4300 / liter. Kalo 1 tanki isi 5000 liter ketemunya Rp. 4300 x 5000 = Rp. 21.500.000,00. Plus biaya taktis sana sini anggap 2 jutaan. Total modal Rp. 22.500.000,00 / 5000 liter. Dijual Rp. 29.000.000,00 untungnya Rp. 6.500.000,00 / tanki. Itu kalo satu kali kirim. Kalo sebulan 20 kali kirim? ya.. tinggal kalikan aja 6,5 jt x 20 = Rp. 130.000.000,00 . Wuihhhh......... Itulah enaknya hidup di negeri ini....